Wukuf di Padang Arafah merupakan salah satu rukun haji yang dilaksanakan pada tanggal 9 Dzulhijjah. Di sepanjang sejarah wukuf di Padang Arafah selalu diisi dengan dzikir, doa, renungan tentang kebesaran Allah Subhanahu Wa Ta'ala dan taubat kita kepada-Nya. Para jemaah haji dituntut untuk "mengasingkan diri" dan tidak melakukan apapun kecuali untuk beribadah dari matahari tergelincir sampai terbitnya fajar. Karena wukuf merupakan salah satu rukun haji, maka apabila tidak dikerjakan harus membayar dam. 


Sejarah Wukuf di Padang Arafah


Pada masa kepemimpinan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, Padang Arafah menjadi salah satu tempat dilaksanakannya rukun haji yaitu wukuf di tanggal 9 Dzulhijjah. Wukuf bisa dilaksanakan dari tergelincirnya matahari tanggal 9 sampai terbitnya fajar pada tanggal 10 Dzulhijjah. Padang Arafah berada di sebelah timur Kota Mekah Negara Saudi Arabia. Tempat ini memiliki nilai historis dan spiritual yang sangat besar bagi para muslim. Berikut ini adalah beberapa sejarah penting mengenai Padang Arafah. 


1. Tempat Khutbah Terakhir Nabi

Dalam sejarah agama Islam, Padang Arafah memiliki makna yang sangat penting karena disini merupakan tempat Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam menyampaikan khutbah perpisahan (khutbah wada') pada umat Islam sebelum beliau wafat. Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam berwukuf di Padang Arafah serta memperlihatkan bagaimana cara melaksanakan ibadah haji. Beliau juga memanggil semua umat muslim dari atas punggung unta yang dinaikinya supaya para muslim berkumpul di sekelilingnya. Khutbah nabi yang terakhir berisi tentang penghapusan riba, persaudaraan antar sesama muslim, penghapusan dosa-dosa di masa lalu, larangan menzalimi orang lain, hubungan antar manusia, warisan, serta Al-Qur'an dan sunnah sebagai pegangan umat muslim. 


2. Tempat Bertemunya Nabi Adam dan Hawa

Sejarah wukuf di Padang Arafah yang hampir semua orang tahu adalah karena tempat tersebut merupakan lokasi bertemunya Nabi Adam dan Siti Hawa untuk pertama kalinya setelah turun ke bumi. Di dalam Kitab Suci Al-Qur’an atau tepatnya dalam Surat Thaha ayat 123 dijelaskan bahwa alasan Allah Subhanahu Wa Ta'ala mengusir Nabi Adam dan istrinya Siti Hawa adalah karena telah melanggar larangannya. Nabi Adam diturunkan di sebuah tempat di bumi yang saat ini dikenal dengan negara Sri Lanka sedangkan Siti Hawa diturunkan di daerah Arabia. Karena keduanya merupakan orang pertama yang diturunkan di bumi, maka butuh perjuangan dan waktu yang sangat lama sampai mereka bisa berjumpa kembali di Arafah. Setelah berpisah selama bertahun-tahun, Nabi Adam dan Siti Hawa akhirnya mengetahui ('arafa) kesalahan mereka. Lantas keduanya mengetahui bagaimana cara memohon ampun kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Melalui arahan malaikat, Nabi Adam dan Siti Hawa bertobat dengan penuh ketulusan. 


3. Mimpi Nabi Ibrahim

Sejarah wukuf di Padang Arafah juga tak lepas dari mimpi Nabi Ibrahim yang menyembelih putranya sendiri yaitu Nabi Ismail. Mimpi yang sangat mengejutkan tersebut datang secara berturut-turut di dalam tidurnya. Oleh karena itu, Nabi Ibrahim merenungi mimpi tersebut dan hari perenungan diabadikan dengan nama hari tarwiyah (renungan). Setelah melewati masa renungan, selanjutnya Nabi Ibrahim meyakini bahwa mimpinya tersebut benar datangnya dari Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Pada hari di mana Nabi Ibrahim mengetahui bahwa mimpinya tersebut sebuah hakikat maka dinamakan Arafah. Itulah sejarah wukuf di Padang Arafah yang perlu umat Islam ketahui. Dengan melaksanakan wukuf di Padang Arafah, maka jemaah haji bisa melakukan pertobatan dan melepas semua kesalahan yang pernah dilakukan untuk menghindari dosa.